Rabu, 26 Mei 2010

ANALISIS SWOT

Analisis SWOT (Stenght, Weakness, Opportunity, Threat) adalah suatu teknik analisa lingkungan internal dan eksternal. Analisis internal lebih menitik beratkan pada kekuatan (Strength) dan kelemahann (Weakness) yang dimiliki organisasi, sedangkan analisa eksternal untuk menggali dan mengidentifikasi semua peluang (Oppotunity) yang ada dan yang akan datang serta ancaman (Threat) dari pesaing dan calon pesaing.

Matriks Strength-Weakness-Opportunity-Threat (SWOT) merupakan matching tool yang penting untuk membantu para manajer mengembangkan empat tipe strategi. Keempat tipe strategi yang dimaksud adalah :

1. Strategi SO (Strength-Opportunity)

2. Strategi WO (Weakness-Opportunity)

3. Strategi ST (Strength-Treat)

4. Strategi WT (Weakness-Treat)

Pada matriks ini, menentukan key sucsess factors untuk lingkungan eksternal dan internal merupakan bagian yang sulit sehingga dibutukan judgment yang baik. Sementara itu, tidak ada satupun matching tool yang dianggap paling baik.

Untuk lebih jelasnya, tabel dibawah ini kiranya dapat membantu pembaca untuk lebih memahami empat macam strategi yang dimaksud, yakni SO, WO, ST, WT. Tiap strategi dilengkapi dengan contoh matching antara faktor-faktor eksternal dan internal utama dalam rangka memformulasikan strategi-strategi alternatif yang ada pada kolom Resultant strategi.

Key Internal factors Key Eksternal factors Resultant Strategy

1. Modal kerja yang berlebih + 40% pertumbuhan tahunan = Mengakuisisi

(kekuatan internal) (peluang eksternal)

2. Kapasitas produksi tidak + Dua pesaing utama telah = Horizontal integration

cukup (kelemahan intrn) keluar (peluang eksternal) melalui pembelian

fasilitas pesaing

3. Kemampuan tinggi di + Berkurangnya jumlah orang = Mengembangkan

bidang R&D (kekuatan Dewasa-muda (ancaman produk baru untuk

internal) eksternal) orang dewasa yang

lebih tua

4. Moral pekerja yang rendah + Aktivitas persatuan pekerja = Mengembangkan

(kelemahan internal) yang kuat (ancaman paket baru untuk

eksternal) kesejateraan pekerja

Sumber : Husain Umar, 2001

Penjelasan :

Strategy SO (Strength-Opportunity). Strategi ini menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk meraih peluang-peluang yang ada di luar perusahaan. Pada umumnya, perusahaan berusaha melaksanakan strategi-strategi WO, ST, atau WT untuk menetapkan strategi SO. Oleh karena itu, jika perusahaan memiliki banyak kelemahan, mau-tidak mau perusahaan harus mengatasi kelemahan itu agar menjadi kuat. Sedangkan, jika perusahaan menghadapi banyak ancaman, perusahaan harus berusaha menghindarinya dan berusaha berkonsentrasi pada peluan yang ada.

Strategy WO (Weakness-Opportunity). Strategi ini bertujuan untuk memperkecil kelemahan-kelemahan internal perusahaan dengan memanfaatkan peluang-peluang eksternal. Salah satu alternatif untuk mengatasi masalah kesenjangan teknologi adalah dengan strategy WO, yakni dengan mengadakan suatu kerjasama (joint venture) dengan perusahaan lain yang memiliki kompetensi.

Strategy ST (Strength-Threat). Melalui strategy ini perusahaan berusaha untuk menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman eksternal. Hal ini bukan berarti bahwa perusahaan yang tangguh harus selalu mendapatkan ancaman.

Strategy WT (Weakness-Threat). Strategy ini merupakan taktik untuk bertahan dengan cara mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman. Suatu perusahaan yang dihadapkan pada sejumlah kelemahan internal dan ancaman eksternal sesungguhnya dalam posisi yang berbahaya.

Minggu, 09 Mei 2010

Faktor yang Mengakibatkan Turunya Modal Kerja

Menurut S. Munawir penggunaan – penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan turunnya modal kerja adalah :

  1. Pembayaran biaya atau ongkos – ongkos operasi perusahaan, meliputi pembayaran upah, gaji, pembelian bahan atau barang dagangan, supplies kantor dan pembayaran biaya – biaya lainnya.
  2. Kerugian – kerugian yang diderita oleh perusahaan karena adanya penjualan surat berharga atau kerugian yang insidentil lainnya.
  3. Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujuan – tujuan tertentu dalam jangka panjang, misalnya dana pensiun obligasi, dana pensiun pegawai, dana ekspansi ataupun dana – dana lainnya.
  4. Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka panjang atau aktiva tidak lancar lainnya yang mengakibatkan berkurangnya aktiva lancar atau timbulnya hutang lancar yang berakibat berkurangnya modal kerja.
  5. Pembayaran hutang – hutang jangka panjang yang meliputi hutang hipotik, hutang obligasi maupun bentuk hutang jangka panjang lainnya, serta penarikan atau pembelian kembali saham perusahaan yang beredar atau adanya penurunan hutang jangka panjang diimbangi berkurangnya aktiva lancar.
  6. Pengambilan uang atau barang dagangan oleh pemilik perusahaan untuk kepentingan pribadinya (prive) atau adanya pengambilan bagian keuntungan oleh pemilik saham dalam perusahaan perseorangan dan persekutuan atau adanya pembayaran deviden dalam perseroan terbatas (2004 : 125).

Sumber dan Penggunaan Modal Kerja

Sumber – sumber dana perlu dipisahkan terhadap kebutuhan modal kerja permanen dan kebutuhan modal kerja variabel. Kebutuhan modal kerja variabel dimana modal kerja tersebut hanya dibutuhkan beberapa saat saja (beberapa bulan saja) dan tidak dibutuhkan secara terus menerus (biasanya kebutuhan pada saat volume penjualan puncak), maka harus dibelanjai dengan sumber dana jangka pendek selama atau pada saat modal kerja tersebut dibutuhkan. Menurut S. Munawir sumber modal kerja suatu perusahaan dapat berasal dari :

a. Hasil operasi perusahaan, adalah jumlah net income yang Nampak dalam perhitungan rugi laba ditambah dengan depresiasi dan amortisasi, jumlah ini menunjukan jumlah modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan.

b. Keuntungan dari penjualan suratsurat berharga (investasi jangka pendek).

c. Penjualan aktiva tidak lancar.

d. Penjualan saham atau obligasi.

Jumlah modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan dapat dihitung dengan menganalisa laporan perhitungan rugi laba perusahaan tersebut. Dengan adanya keuntungan atau laba dari usaha perusahaan dan apabila laba tersebut tidak diambil oleh pemilik perusahaan maka laba tersebut akan menambah modal perusahaan yang bersangkutan. Surat berharga yang dimiliki perusahaan untuk jangka pendek adalah salah satu elemen aktiva lancar yang segera dapat dijual dan akan menimbulkan keuntungan bagi perusahaan. Dengan adanya penjualan surat berharga menyebabkan terjadinya perubahan dalam unsure modal kerja yaitu dari bentuk surat berharga berubah menjadi uang kas. Keuntungan yang diperoleh dari penjualan surat berharga ini merupakan suatu sumber untuk bertumbuhnya modal kerja tapi sebaliknya apabila dalam penjualan tersebut terjadi kemajuan maka akan menyebabkan berkurangnya modal kerja. Apabila efek atau investasi jangka pendek ini dijual dengan haga jual yang sama dengan harga perolehannya, maka penjualan efek – efek tersebut tidak akan mempengaruhi besarnya modal kerja.

Sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainnya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan dari aktiva ini menjadi kas atau piutang akan menyebabkan bertambahnya modal kerja sebesar hasil penjualan tersebut. Apabila dari hasil penjualan aktiva tetap atau aktiva tidak lancar lainnya ini tidak segera digunakan untuk mengganti aktiva yang bersangkutan akan menyebabkan keadaan aktiva lancar sedemikian besarnya sehingga melebihi jumlah modal kerja yang dibutuhkan. Untuk menambah dana atau modal kerja yang dibutuhkan perusahaan dapat pula mengadakan amisi saham baru atau meminta kepada para pemilik perusahaan untuk menambah modalnya. Disamping ini perusahaan dapat juga mengeluarkan obligasi atau bentuk hutang jangka panjang lainnya guna memahami modal kerja. Penjualan obligasi ini mempunyai konsekuensi bahwa perusahaan harus membayar bunga tetap, oleh karena itu dalam mengeluarkan hutang dalam bentuk obligasi ini harus disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan penjualan obligasi yang tidak sesuai dengan kebutuhan disamping menimbulkan beban bunga yang besar, juga akan mengakibatkan keadaan aktiva lancar yang besar sehingga melebihi jumlah modal kerja yang dibutuhkan.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Modal Kerja

menurut Amin Widjaja Tunggal, menyatakan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi jumlah modal kerja sebagai berikut :

a. Sifat atau jenis perusahaan

b. Waktu yang diperlukan

c. Cara atau syarat pembelian dan penjualan

d. Tingkat perputaran persediaan

e. Tingkat perputaran piutang

f. Siklus usaha

g. Resiko kemungkinan penurunan harga aktiva lancar

h. Musim (1997 : 96)

Sifat atau jenis perusahaan, didasarkan pada kebutuhan modal kerja pada perusahaa kepentingan umum (seperti perusahaan gas, telepon, air minum dan sebagainya) adalah relatif rendah, oleh karena persediaan dan piutang dalam persediaan tersebut cepat beralih menjadi uang. Sedangkan pada perusahaan industri memerlukan modal kerja yang cukup besar yakni untuk melakukan investasi dalam bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi. Fluktuasi dalam pendapatan bersih pada perusahaan jasa juga relatif kecil bila dibandingkan dengan perusahaan industri.

Waktu yang diperlukan untuk memproduksi dan memperoleh barang yang akan dijual dan harga satuan barang yang bersangkutan. Adanya hubungan langsung antara jumlah jumlah modal kerja dan jangka waktu yang diperlukan untuk memproduksi barang itu dijual kepada para pembeli.

Kebutuhan modal kerja dari suatu perusahaan dipengaruhi oleh syarat – syarat pembelian dan penjualan. Makin banyak diperoleh syarat kredit yang lunak untuk membeli barang dari pemasok, mka lebih kurang atau sedikit uang yang perlu ditanamkan dalam persediaan.

Tingkat perputaran persediaan, seperti makin banyak suatu persediaan dijual dan diganti kembali (perputaran persediaan) maka makin kecil modal kerja yang diperlukan. Pengendalian persediaan yang efektif diperlukan untuk memelihara jumlah, jenis, dan kualitas barang yang sesuai dan untuk mengatur investasi dalam persediaan.

Kebutuhan modal kerja tergantung dari jangka waktu yang diperlukan untuk menagih piutang. Makin sedikit waktu yang diperlukan untuk menagih piutang, maka makin sedikit modal kerja yang diperlukan. Pengendalian piutang secara efektif dapat dilaksanakan dengan mengatur kebijakan mengenai pemberian kredit, syarat penjualan, ditetapkannya kredit maksimum bagi para pembeli dan cara penagihan.

Siklus usaha aktivitas perusahaan dipeluas dan ada kecenderungan bagi perusahaan untuk membeli barang mendahului kebutuhan agar dapat memanfaatkan harga rendah dan untuk memastikan diri akan adanya persediaan yang cukup.

Resiko kemungkinan penurunan harga aktiva lancar, suatu penurunan harga dibandingkan dengan nilai buku dari aktiva lancar seperti surat berharga, persediaan, piutang maka mengakibatkan penurunan modal kerja. Sehubungan dengan makin besar resiko kerugian semacam itu makin besar modal kerja yang diperlukan. Untuk dapat menampung kontingensi tersebut (kemungkinan yang belum pasti akan terjadi) perusahaan mengusahakan adanya banyak uang atau surat berharga.

Musim, apabila perusahaan tidak terpengaruh oleh musim maka penjualan tiap bulan rata – rata sama. Tetapi dalam hal ada musim, maka terdapat perbedaan didalam musim maka terjadi aktivitas yang besar sedangkan diluar musim aktivitas adalah rendah. Perusahaan yang mengalami musim memerlukan sejumlah modal kerja yang maksimum untuk jangka relatif pendek.